BANDUNG, UNIKOM – Rendahnya tingkat kemampuan membaca masyarakat Indonesia kerap dituding sebagai biang keladi kegaduhan di jagad maya. Penggiringan opini dan pengaburan fakta bukan lagi hal baru. Bahkan beberapa sumber mengklaim bahwa isu-isu tersebut merupakan buah dari kebebasan berpendapat dan keterbukaan dunia digital. Lalu, apakah fakta ini menjadikan kebebasan berpendapat dan keterbukaan dunia digital salah? Persoalan tidak berada pada isu kebebasan dan keterbukaan. Rendahnya kemampuan berpikir kritis sebagai dampak rendahnya tingkat kemampuan membaca masyarakat Indonesia ditengarai menjadi titik permasalahannya. Keprihatinan dan kegelisahan ini mendorong Program Studi Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNIKOM melakukan tindakan konkrit, dengan memulai sebuah program literasi untuk siswa-siswa SMA, bekerja sama dengan Yayasan Salamiyah Al Aziz yang berlokasi di Jl. Rereng Wulung No. 25 Sukaluyu, Cibeunying Kaler Bandung.
Sabtu, 7 September 2024, Kelompok Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (P2M) Program Studi Sastra Inggris FIB UNIKOM yang beranggotakan Dr. Retno Purwani Sari, S.S., M.Hum., Dr. Tatan Tawami, S.S., M.Hum, Nenden Rikma Dewi, S.S., M.Hum., Regy Agung Nugraha, dan Gina Akmalia Salsabila melaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dengan menyelenggarakan pelatihan literasi melalui apresiasi karya sastra. Sebagaimana yang diyakini para pelaku Gerakan Sosial, narasi merupakan media paling efektif untuk memperkenalkan, menumbuhkan dan melanggengkan nilai-nilai moralitas dan kearifan lokal masyarakat setempat, untuk dapat belajar dengan suasana yang bahagia.
Program Pelatihan Literasi dan Apresiasi Sastra dimanifestasikan melalui kegiatan Membaca Nyaring dan Menulis Fiksi. Membaca tidak hanya sekedar mengujarkan deretan huruf semata. Membaca juga dimaknai sebagai kegiatan berpikir kritis. Pada sesi Membaca Nyaring, peserta tidak hanya melafalkan kata-kata Bahasa Inggris yang membangun narasi, tetapi juga melatih kemampuan mereka mengevaluasi dan memilah informasi, mempertanyakan, mengkritisi, dan mencari solusi atas isu yang dilontarkan. Pada kegiatan selanjutnya, peserta dimotivasi untuk masuk ke dunia fiksi untuk membangun cerita berdasarkan observasi maupun pengalaman yang dialaminya pada saat membaca. Melalui dua kegiatan tersebut, peserta dilatih untuk menerima, mengolah dan memproduksi informasi dengan lebih proposional, mempertimbangkan berbagai sudut pandang sehingga menghasilkan pemahaman yang lebih komprehensif.
Berdasarkan jejak pendapat di kalangan peserta, teknik membaca nyaring membawa mereka ke suasana yang menyenangkan sehingga mereka merasa nyaman dan mudah mencerna informasi dari berbagai sudut pandang. Membaca tidak lagi menjadi aktivitas yang membosankan, melainkan kegiatan menantang. Lewat membaca, mereka dapat menjelajahi ruang informasi dengan lebih percaya diri. Membaca membuat mereka lebih produktif, bahkan dapat menstimulasi mereka membuat karya fiksi. Dr. Tatan Tawami selaku nara sumber, menyebutkan bahwa karya sastra membawa kita pada begitu banyaknya pengalaman tak terduga. Senada dengan yang disampaikan Ketua Program Studi Sastra Inggris FIB UNIKOM, Dr. Retno Purwani Sari, S.S., M.Hum., yang menyatakan bahwa dengan banyak membaca, sama halnya dengan berpengalaman tanpa harus mengalami langsung. Sementara itu, Nenden Rikma Dewi, M.Hum., beranggapan bahwa membaca sebagai ruang privasi sehingga kenyamanan ketika membaca menjadi hal yang penting demi membangun kepercayaan diri dalam berbagi baik secara lisan maupun tulisan. Tak ayal, aktivitas membaca, khususnya membaca karya sastra menjadi media alternatif untuk dapat berpikir kritis, dan menelisik dari berbagai sudut pandang.
Berpikir kritis melindungi diri dari jebakan hoaks dan misinformasi. Program Pelatihan Literasi dan Apresiasi Sastra hanyalah langkah kecil, tetapi diyakini dapat memberikan dampak yang besar di masa mendatang. Bapak Nandang Sujana, selaku Pembina Yayasan, menyatakan dukungannya, “Kami mendukung implementasi program ini. Bahkan kami bersyukur karena program ini merupakan langkah baik menuju masa depan yang lebih cerdas dan terbuka”, demikian tuturnya. Hal itulah yang sedang Program Studi Sastra Inggris FIB UNIKOM perjuangkan melalui program ini. Mari membaca sembari berpikir kritis! (Direktorat Hms & Pro)