Berita

Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) UNIKOM Ikuti Misa Jum’at Pertama Untuk Memulai Awal Semester Tahun Akademik 2024-2025

BANDUNG, UNIKOM – Jum’at, 4 Oktober 2024, sejumlah mahasiswa Katolik dari berbagai program studi di lingkungan Universitas Komputer Indonesia yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) UNIKOM, mengikuti Misa Jum’at Pertama dalam rangka memohon ampunan dan pertolongan Allah dalam memulai awal perkuliahan di Tahun Akademik 2024-2025, sekaligus mengawali Bulan Rosario yang jatuh pada setiap bulan Oktober.

Dirilis dari https://komkat-kwi.org., Misa Jum’at Pertama adalah salah satu tradisi umat Gereja Katolik di dunia, yang merupakan bentuk devosi terhadap Hati Kudus Yesus yang senantiasa menyala oleh kasihNya kepada seluruh umat manusia, yang dilaksanakan setiap hari Jum’at di minggu pertama pada setiap bulan. Hari Jum’at pada bulan baru menunjuk pada permulaan yang baik untuk menata dan menjalani kehidupan yang dipercayakan Allah kepada manusia sehingga menjadi lebih bermutu dan bermartabat. Oleh karena itu, menghormati Hati Kudus Yesus berarti menghormati seluruh pribadi Yesus, utamanya pusat pribadi-Nya yang Maha Kudus, yang senantiasa memancarkan kasih dan kerahiman.

Bertempat di Ruang 5608 Miracle Building UNIKOM, misa dipersembahkan oleh Pastor R.P. Mumbere Kayange Remacle, OSC., yang juga mahasiswa Program Studi Magister Sistem Informasi Fakultas Pascasarjana UNIKOM. Mengawali khotbah singkatnya, Pastor Remacle membacakan ayat Injil dari Lukas 10 ayat 16 : “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.”

Selanjutnya pada khotbah singkatnya, Pastor Remacle menyampaikan, tanggal 4 Oktober diperingati umat Katolik sedunia untuk mengenang kehidupan Santo Fransiskus dari Asisi yang lahir pada abad ke-12 dan dikenal sebagai Santo Pelindung di lingkungan Gereja Katolik. Pastor Remacle menguaraikan, Santo Fransiskus dari Asisi, adalah orang yang hebat dan taat sama seperti Ayub. Santo Fransiskus lahir di Asisi dari keluarga yang begitu kaya (mampu). Namun demikian ia sangat mencintai kesederhanaan. Saat itu terjadi konflik di antara warga Asisi dengan kota-kota sekitarnya yang sangat tajam. Dalam peperangan yang terjadi, Fransiskus tertangkap dan masuk penjara. Dalam penjara itulah ia yang biasanya hidup penuh kelimpahan menemukan kenyataan, bahwa orang kaya pun bisa mengalami serba kekurangan, bisa menderita, dan tidak bisa mendapatkan yang dibutuhkan, walaupun ia sangat kaya. Dari situ ia mulai merenungkan hidupnya, kesalahan yang telah ia lakukan, dan memutuskan untuk bertobat, demi menjadi orang yang bisa memperhatikan orang-orang miskin, orang yang berkekurangan, dan menjadi orang yang bisa berkontribusi pada kedamaian.

Saat keluar dari penjara itu, Fransiskus sudah menjadi manusia baru, manusia yang bertobat dan hidupnya menjadi berbeda dengan sebelumnya, dan sangat berbeda dibanding dengan gaya hidup orang-orang muda pada jamannya. Ia melihat jika manusia berharap kepada Tuhan, maka ia orang yang bahagia. Walaupun manusia bisa mendapatkan uang, kuasa, kekayaan, jabatan politik, dan kelimpahan apapun. Tetapi apabila Tuhan tidak hadir dalam hidupnya, tiada artinya. Sebagai bentuk pertobatannya, Fransiskus keluar dari lingkungan rumah dan keluarganya yang berkelimpahan harta dan memutuskan hidup membiara dengan cara hidup yang sangat sederhana.

Sejak saat itu, ia hidup dengan memperhatikan dan melayani orang miskin, selalu berharap pada Tuhan, dan mewartakan kabar gembira untuk perdamaian. Selain itu, Fransiskus diberikan karunia khusus dimana ia mampu berbicara dengan binatang, sehingga binatang buas sekalipun menjadi tidak berbahaya bagi dia tetapi menjadi sahabatnya. Kehidupan Santo Fransiskus yang sangat sederhana dan karya pelayanannya sebagai pembawa damai, menjadi teladan dan ditiru oleh Paus Fransiskus, yang sebelumnya bernama lahir Jorge Mario Bergoglio, dan memilih Santo Fransiskus menjadi pelindungnya.

Di akhir khotbahnya, Pastor Remacle berpesan, manusia bisa mengalami berbagai penderitaan dalam hidupnya, bahkan tanpa melakukan kesalahan apapun sebelumnya. Penderitaan merupakan konsekwensi dari kehidupan, yang tidak melulu hanya kesukaan. Manusia bisa mengalami kedukaan, kecelakaan, atau lelah karena tugas belajar. Namun seperti Santo Fransiskus, segala penderitaan yang datang harus diterima dengan semangat iman. “Karena dari penderitaan atau kesalahan itu, kita diajar untuk melakukan pertobatan, semakin beriman, dan menjadi lebih baik. Belajar menjadi orang yang bijaksana, mahasiswa yang lebih rajin. Selamat dan good luck, dan tetap semangat untuk menjalani semester baru yang akan kita mulai. Walaupun terasa berat, sambil belajar, sambil mengerjakan tugas, kita akan tetap berjuang sampai berhasil dan menjadi orang yang berguna dan menjadi pembawa damai, seperti teladan Santo Fransiskus”, demikian pungkasnya.  (Direktorat Hms & Pro).