Berita

Menjalin Keberkahan Silaturahmi Melalui Kajian Ta’lim Unikom : Diam Dalam Hikmah

BANDUNG, UNIKOM - Diam adalah emas. Ungkapan itu memang benar adanya. Tetapi sayang, keutamaan diam ini tidak dilakukan oleh kebanyakan orang. Padahal, di balik sikap diam yang proporsional—berbicara ketika dibutuhkan soal kebaikan—terdapat segudang hikmah. “Hanya sedikit pelakunya,” demikian sabda Rasulullah dalam hadis riwayat Anas bin Malik yang dinukil oleh Ibn ‘Addi, Baihaqi, dan Qudha’i.

Tuntunan untuk diam dan menjaga lisan ini pun disebarluaskan oleh para sahabat. Mereka saling berwasiat agar tidak sembarangan berbicara. Seorang laki-laki pernah meminta wasiat kepada Sa’id al-Khudri. Permintaan itu pun akhirnya dikabulkan. Said al-Khudri berkata, “Berdiamlah, kecuali tentang kebenaran. Dengan sikap itu maka engkau akan mengalahkan setan.” Saling mengingatkan keutamaan diam dalam hikmah Yayasan Sciene and Technologhy Unikom bekerjasama dengan Majlis Ta’lim Ashfiyatun Nisa Kota Bandung. mengadakan Kajian Online dengan mengusung tema “Diam Dalam Hikmah” Sabtu, 26 Juni 2021 bersama Ustadz Evie Effendi Acara tersebut digelar melalui zoom meeting dengan tujuan menumbuhkan tali silaturahim yang erat dengan sesama, serta meningkatkan kualitas iman dimasa pandemi Covid-19 ini. Turut dihadiri oleh ±100 Jamaah, diantaranya Keluarga Yayasan Sciene and Technologhy, Jajara Pimpinan Unikom, Para Dosen dan Karyawan dilingkungan Unikom, serta peserta Majlis Ta’lim Ashfiyatun nisa Unikom.

Dr. Dewi Kurniasih, S.IP., M.Si. sebagai ketua panitia menyampaikan rasa syukur yang tiada hingga pada kesempatan hari ini aplikasi zoom meeting masih bisa melanjutkan menggali ilmu terkait kajian – kajian islam yang diselenggarakan secara online, berkaitan dengan tema pada kajian online, Dewi menyampaikan tema kali ini benar – benar sangat menggetarkan bisa memberikan pencerahan kepada kami semua bagaimana diam dalam hikmah yang sebenarnya bertanya-tanya juga apa artinya dalam hikmah itu seperti apa ustad, semoga ilmu yang didapat pada hari ini bisa bermanfaat bagi kita semua”Ungkap Dewi

Memasuki acara inti, ustadz Evie mengatakan “Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka berkatalah yang baik atau diamlah” (HR. Bukhari, Muslim). Diam itu ada dua macam menurutnya, 1) Diam Taat, 2) Diam Maksiat, Ustad Evie juga berpesan agar menjaga lisan, mengingat waktu di dunia ini, pakai sisa waktu kita dengan hal yang baik, shalat tepat waktu. Apalagi sedang masa pandemi Covid -19 ibadah harus lebih ditingkatkan, menjaga wudhu setiap waktunya. 

Salah satu alasan mengapa Rasulullah menganjurkan agar diam dan menjaga lisan yang proporsional disosialisasikan dan ditradisikan di tengah-tengah masyarakat. Seseorang--alam riwayat Abdullah bin Mas’'ud—mendatangi Rasulullah dan mengatakan, “Wahai Rasulullah, aku adalah orang yang paling ditaati di kaumku, perintah apa yang layak aku serukan ke mereka?” Rasulullah menjawab, “Serukan mereka menebar salam dan sedikit bicara, kecuali berkaitan dengan perkara yang bermanfaat.”

Lima keistimewaan diam dalam Islam diantaranya 1) Termasuk ibadah yang paling tinggi, Bahkan Imam Al-Jalil Abu Muhammad bin Abi Zaid mengatakan bahwa diam termasuk satu dari empat etika kebaikan yang sangat utama dalam Islam dan menjadi ibadah paling tinggi. 2) Jauh dari sifat munafik, Itu artinya, mendedikasikan waktunya untuk diam membuat kamu jauh dari sifat munafik, 3) Akan lebih wibawa dan memperoleh hikmah, Bahkan diam juga termasuk sikap yang wibawa dan dapat memperoleh hikmah.  4) Tidak dijatuhkan ke dalam api neraka, Lebih dari itu, diam bisa menunjukkan perbuatan haram atau halal yang layaknya pedang bermata dua. di mana lidah dapat menjadi penyebab amal jariyah atau malah termasuk hal-hal yang menghapus amal ibadah dan dosa besar. 5) Membawa seseorang ke dalam surge, Dalam Islam, keistimewaan lebih memilih diam juga dapat membawa seseorang ke dalam surganya Allah.

Karena itulah, menjaga lisan adalah salah satu bentuk ibadah yang paling mulia. Penegasannya terdapat di hadis Abu Hurairah. Diam juga menjadi identitas yang membedakan kualitas dan kepribadian seseorang. Sebuah riwayat dari Abu Abdullah bin Muhriz bin Zahir Al Aslami menegaskan bahwa diam adalah perhiasan bagi mereka yang berilmu dan kamuflase orang yang bodoh. (Direktorat Hms & Pro)