Berita

Kajian Islami Majelis Ta’lim Ashfiyatun Nisa Unikom: “Penyesalan Yang Tidak Berarti”

BANDUNG, UNIKOM Majelis Ta’lim Ashfiyatun Nisa Universitas Komputer Indonesia kembali melaksanakan Kajian Islami di hari Jum’at secara online, yang mengangkat tema “Penyesalan yang tidak berarti”, dengan menghadirkan Ustadz Didik Eli Agus Landik selaku nara sumber, pada Jum’at, 30 Agustus 2024.

Agenda acara diawali dengan pembacaan Ayat Suci Al Qur’an Surat An Am ayat 31 yang dilantunkan Ibu Lasmanah dengan tilawah Ibu Surtikanti, dan dibuka oleh Ketua MT Ashfiyatun Nisa UNIKOM, Assoc. Prof. Dr. Hj. Dewi Kurniasih, S.IP., M.Si. Mengawali sambutan pembukanya, Dr. Dewi mengajak seluruh jamaah untuk memanjatkan segala puji bagi Allah, karena atas segala kehendak-Nya, apa yang dikerjakan di dunia ini menjadi penuh rahmat dan berkah dari Allah SWT. Dalam kesempatan tersebut, ia tidak lupa menyampaikan terimakasih dan syukur kepada Ketua Yayasan Science dan Teknologi dan juga Rektor UNIKOM yang senantiasa mendukung penuh kegitan MT Ashfiyatun Nisa UNIKOM. Juga kepada seluruh sivitas akademika, karyawan, dosen, dan mahasiswa, juga alumni, dan beberapa majlis ta’lim di luar UNIKOM yang turut bergabung melalui zoom meeting pada setiap kajian yang digelar MT Ashfiyatun Nisa UNIKOM, juga kepada Ustadz Zamzam Erawan selaku Pembina, yang turut bergabung melalui zoom meeting. Ia berharap, “tema yang cukup merinding karena berbicara tentang penyesalan pada kajian kali ini, mudah-mudahan membawa manfaat bagi kita semua”, demikian pungkasnya.

Memasuki agenda inti, Ustadz Didik mengawali uraiannya terkait tema “Penyesalan yang tidak berarti”, dengan mengingatkan, jika menyebut kata “penyesalan”, biasanya ada ekspresi yang menunjukkan suatu keinginan atas suatu kejadian agar tidak terulang kembali. Tetapi ada juga diantaranya yang justru ingin kembali ke masa yang pernah dilewati. Boleh jadi ada yang sampai menangis, menginginkan sesuatu hal terjadi kembali. Berkait dengan penyesalan, seringkali manusia menerima nikmat yang begitu besar dari Allah tapi lupa untuk bersyukur. Diantaranya nikmatnya waktu luang dan nikmat kesehatan. Selanjutnya Ustadz Didik memberikan beberapa contoh peristiwa terkait paparannya.

Ustadz Didik menjelaskan bahwa tingkat penyesalan berbeda-beda, mulai dari yang paling sederhana sampai ke yang paling kompleks. Berdasarkan waktu, penyesalan ada yang berlangsung hanya dalam 1 jam, lalu lupa. Ada yang 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun, bahkan ada yang tetap dirasakan seumur hidup. Sementara yang dimaksud “penyesalan yang tiada berarti”, yaitu penyesalan di akhirat. Ustadz Didik mengungkapkan, “kita yakin dan percaya ketika kita sudah meninggal dunia ada dimensi akhirat dimana segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita di dunia harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Ternyata ada yang mengalami penyesalan disana”, demikian ungkapnya.

Selanjutnya Ustadz Didik menuturkan, dalam Surat Al Fajr ayat 23, disebutkan “pada hari itu diperlihatkan neraka jahanam, pada hari itu sadarlah manusia tetapi tidak berguna lagi baginya keadaan itu”. Ternyata ketika diperlihatkan neraka jahanam di akhirat, banyak manusia tersadar dan ingin balik lagi ke dunia, tetapi tidak bisa. Itulah penyesalan yang tidak ada artinya. Karena saat sudah sampai di akhirat, tidak mungkin bisa kembali lagi ke dunia. Maka ketika orang-orang yang tidak beriman menyesal ingin kembali ke dunia untuk mengulang hidupnya, agar diberi kesempatan untuk menjadi orang beriman, meyakinkan diri akan adanya Allah, karena semasa hidupnya tidak menyembah Allah SWT. Jika orang banyak dosa, ketika dinampakkan neraka, ia ingin balik lagi untuk bertobat, tapi itu mustahil untuk dilakukan.

Ternyata orang beriman juga ada yang mengalami penyesalan. Misalkan menyesal kenapa tidak total dan sungguh-sungguh dalam beribadah, beramal, dan berbuat baik. Kenapa tidak berlomba-lomba dalam kebaikan untuk bisa mendapatkan kebaikan-kebaikan yang banyak. Dalam kesempatan tersebut, Ustadz Didik menceritakan kisah Sa’ban, salah seorang sahabat nabi yang istiqomah. Diriwayatkan pada suatu hari Sa’ban tidak nampak di masjid, maka oleh para sahabatnya dicarilah ke rumahnya yang berjarak 2 jam perjalanan jalan kaki. Ternyata Sa’ban telah meninggal dunia. Istrinya mengatakan, ternyata Sa’ban pada saat sakaratul maut mengucapkan 3 kalimat, yaitu “kenapa tidak lebih jauh lagi?”, kenapa tidak yang baru?”. “kenapa tidak semuanya?”. Rasullullah kemudian dengan bimbingan Allah SWT menggambarkan bagaimana malaikat menjemput Sa’ban dengan menampakkan pahala yang didapat Sa’ban karena “berangkat ke mesjid”, “memberikan bajunya”, dan “memberi roti yang dimilikinya pada orang-orang yang kelaparan”. Betapa Allah SWT memberikan pahala yang luar biasa dan meningkatkan derajatnya atas segala kebaikan-kebaikan yang dilakukannya.

Agenda acara dilanjutkan sesi tanya jawab yang diikuti dengan antusias oleh para peserta, dan ditutup dengan berdoa bersama yang dipimpin Ustadz Didik. “Mudah-mudahan Allah SWT memberikan bepada kita semua yang ahdir, dan seluruh sivitas akademika UNIKOM, keberkahan ilmu, keberkahan hidup, dan keberkahan lainnya yang melimpah, bahkan suatu hari nanti nanti kita semua bisa mencapai husnul khotimah”. (Direktorat Hms & Pro).