Berita

Unikom, Aptisi West Java, Binus University And International Institute of Applied Informatics (IIAI) Collaborate To Hold International Seminar

BANDUNG, UNIKOM – Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) kembali menghadirkan acara akademik berskala internasional dengan menggelar seminar bertajuk "AI, Equity, and Opportunity: Bridging the Digital Divide". Seminar ini digelar secara terbuka bagi peserta dari berbagai kalangan, baik secara langsung di Smart Building lantai 17 UNIKOM maupun secara daring melalui platform Zoom. Seminar ini merupakan hasil kolaborasi UNIKOM dengan APTISI West Java, Binus University, dan International Institute of Applied Informatics (IIAI). 

Acara ini menghadirkan sejumlah pembicara ternama di bidang kecerdasan buatan dan informatika terapan, di antaranya: 1). Prof. Tokuro Matsuo, Ph.D – CEO IIAI dan Profesor di Advanced Institute of Industrial Technology, Tokyo, Jepang. 2). Prof. Dr. Eng. Takayuki Ito – Kyoto University, Jepang. 3). Prof. Zainal A. Hasibuan, Ph.D – Wakil Rektor 4 UNIKOM untuk Teknologi Digital & ICT, Program Internasional & Center of Excellence. 4). Prof. Yuya Yokoyama, Ph.D – Advanced Institute of Industrial Technology, Jepang. 5). Prof. Dr. Ir. Ford Lumban Gaol, SMIEEE – Kepala Departemen Doktor Ilmu Komputer, Binus University. Acara ini dipandu oleh moderator Dr. Salmon Priaji Martana, S.T., M.T., selaku Wakil Direktur International Affairs & Cooperation UNIKOM.  

Pada kesempatan tersebut, dalam sambutannya Rektor UNIKOM sekaligus Ketua Aptisi Jawa Barat Prof. Dr. Ir. H. Eddy Soeryanto Soegoto, M.T mengucapkan terima kasih kepada IIIAI, BINUS University, dan APTISI yang telah bekerja sama dalam menyelenggarakan acara ini. Prof. Eddy juga menekankan bahwa “workshop “AI, Equity, and Opportunity—Bridging the Digital Divide.” dan kecerdasan buatan bukan lagi masa depan yang jauh ia sudah ada di sini, mengubah cara kita melakukan penelitian, berinovasi, dan memperluas pengetahuan. Acara ini lebih dari sekadar diskusi tentang kemampuan AI. Melalui lokakarya ini, kami bertujuan untuk menjembatani kesenjangan digital dengan membekali para peneliti, pendidik, dan mahasiswa dengan keterampilan untuk memanfaatkan AI dalam kegiatan akademik mereka” Ujar Prof. Eddy

Prof. Dr Eng. Takayuki Ito dari Kyoto University, Japan mendiskusikan secara online materi tentang bagaimana cara penggunaan Artificial Intellegence (AI) yang diimplementasikan kedalam kehidupan sehari-hari. Beliau juga mengajak untuk mendiskusikan masa depan Indonesia. Sementara itu,  Prof. Tokuro Matsuo, Ph.D selaku CEO IIAI dari Tokyo, Japan menyampaikan bahwa “Sistem AI akan terus belajar dan belajar untuk memberikan jawaban yang lebih cerdas di masa depan. Jadi, harus ada keseimbangan. Kadang-kadang kita menggunakan LLM dan AI, tapi di lain waktu kita belajar di kelas, kita juga tetap harus belajar menggunakan buku teks dan internet daan terkadang kita menggunakan LLM dan AI untukmencari informasi lebih lanjut” ujar Prof. Tokuro.

Prof. Yuya Yokoyama, Ph.D selaku Advanced Institute of Industrial Technology, Japan berpendapat bahwa “AI sangat berguna bagi kehidupan, tapi di saat yang sama, kita harus melihat kelemahan, Artinya, AI bisa menghasilkan sesuatu, tapi kita tidak seharusnya mempercayai hasilnya, misalnya berita palsu atau gambar palsu, ada figur orang yang asli, tapi wajahnya berbeda dengan orang lain, dan kita harus menilai apakah hasilnya benar atau tidak. Mungkin kadang-kadang, tapi kita harus menilai kontennya” ujar Prof. Yuya.

Pemaparan terakhir materi mengenai AI yang disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Ford Lumban Gaol selaku Kepala Program Studi Doktoral Ilmu Komputer, BINUS University menjelaskan tujuan dari AI menurut perpektifnya yaitu “AI itu sendiri memang salah satu target untuk pengembangannya adalah bagi teman-teman generasi milenial terutama mahasiswa yang kedua adalah di dalam konteks literasi digital itu AI itu menjadi kata kuncinya karena begitu banyak sekarang aplikasi ataupun berbagai bantuan pembelajaran yang memang berbasis AI, mungkin kita kenal kayak model ChatGPT yang belakangan ini yang secara masif itu sudah digunakan oleh para mahasiswa. kami hari ini membawa konteks yang lebih besar lagi yang disebut dengan hyperdemokrasi dimana masyarakat ataupun society itu bisa melihat AI itu sendiri dalam konteks memoderasi dan juga mengambil sebuah konsensus dari diskusi yang ada di online. Karena apapun terjadi di dunia demokrasi itu setiap orang punya hak, punya keinginan dan punya kebebasan untuk berbicara” pungkasnya.

Diskusi ini diikuti oleh sesi tanya jawab bersama para peserta yang dipandu oleh moderator. Kegiatan ini diharapkan workshop ini dapat menjadi wadah bagi para akademisi, mahasiswa, dan profesional dalam memahami tantangan dan peluang di era digital yang semakin berkembang. (Direktorat Hms & Pro)