Berita

Pahami Aktivitas Interpretasi Melalui ‘Seminar Hermeneutik’

BANDUNG, UNIKOM- Program Studi Sastra Inggris Unikom bekerja sama dengan PT Kanisius mengadakan “Seminar Hermeneutik” yang dilaksanakan di Auditorium Miracle Unikom, Sabtu (6/1). Kegiatan yang dihadiri ± 100 peserta, dari mahasiswa Prodi Sastra Inggris dan Prodi Desain Interior Unikom, secara resmi dibuka oleh Ketua Prodi Sastra Inggris, Asih Prihandini, S.S.,M.Hum, mewakili Dekan Fakultas Sastra, Prof. Dr. Hj. T. Fatimah Djajasudarma yang berhalangan hadir dalam kesempatan tersebut. “Seminar hermeneutik atau lebih tepatnya seni memahami, diharapkan bisa memberikan manfaat dan memperluas wawasan mahasiswa Unikom tentang aktivitas interpretasi,” tutur Asih.

Pelaksanaan seminar yang berlangsung sejak pukul 10.00-12.00 WIB, diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia “Indonesia Raya” secara serentak oleh seluruh peserta dan tamu undangan. Memasuki agenda inti, kegiatan diisi pemaparan materi oleh Dr. F. Budi Hardiman selaku Penulis Buku ‘Seni Memahami’ dan Dosen Universitas Pelita Harapan. Selain ‘Seni Memahami’, Budi telah banyak menghasilkan karya buku lainnya dan berkaitan erat dengan dunia filsafat. “Filsafat, sastra, dan seni bisa dikatakan bersaudara. Sehingga kedatangan saya ke Unikom sebagai pemateri hari ini, seperti saya bertemu dengan saudara sendiri,” tuturnya.

Menurut Budi, buku ‘Seni Memahami’ yang dibagikan kepada seluruh peserta seminar, berhasil dirampungkan tahun 2015 setelah beliau banyak berdiskusi dengan berbagai kelompok keagamaan. “Ketika anda membaca buku ini dan belum langsung memahaminya, itu sebuah kewajaran karena filsafat adalah memikirkan apa yang dipikirkan oleh orang lain,” ujar Budi.

Melalui materi berjudul “Hermeneutik: Dari Schleiermacher sampai Derrida”, Budi menjelaskan bahwa aktivitas interpretasi tersebut merupakan “The Art of Understanding”, yaitu memahami sedalam-dalamnya sebuah proses penafsiran. “Hermeneutik bisa dikatakan sebagai tahap kedua setelah proses penafsiran. Misalnya, ketika melihat sebuah relief, anda ingin mengetahui apa makna dari relief yang dilihat. Itu disebut sebagai proses penafsiran. Lebih lanjut, hermeneutik memikirkan apa yang ada dipikiran anda ketika menafsirkan relief tersebut,” jelas Budi. Tidak hanya itu, keberadaan kajian hermeneutik disadari ataupun tidak membantu manusia untuk lebih berhati-hati dan selektif dalam menerima informasi. Mengingat, sebuah informasi yang diterima bisa berarti banyak hal tergantung dari sudut pandang memahaminya.

Guna meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai hermeneutik, Budi pun menyampaikan setikdanya delapan pendekatan hermeneutik yang dikembangkan oleh para ahli dalam menemukan sebuah makna asli atau sebenarnya. Sehingga adanya kegiatan ini diharapkan mampu membuka wawasan mahasiswa untuk lebih memahami kajian hermeneutik yang memiliki keterkaitan dengan bidang keilmuan lainnya, baik di Prodi Sastra Inggris maupun Prodi Desain Interior. (Direktorat Hms & Pro)