Berita

Kajian Islami MT Ashfiyatun Nisa Unikom: “Ridho Pada Takdir”

BANDUNG, UNIKOM Pemahaman akan pengertian “takdir” selalu menarik untuk dikaji, walaupun sebenarnya pengetahuan terkait takdir telah diperoleh umat Islam sejak di bangku sekolah dasar. Begitu pun pemahaman umat terkait “ridho”, sering kali dicampur-adukkan dengan pengertian kata “ikhlas”, yang sesungguhnya kedua kata tersebut memiliki arti yang berbeda.

Untuk meningkatkan pemahaman dan keimanan umat, Majelis Ta’lim Ashfiyatun Nisa Universitas Komputer Indonesia kembali melaksanakan Kajian Islami di hari Jum’at, dengan mengangkat tema “Ridho Pada Takdir”, yang dilaksanakan secara hybrid di Mushola Lantai 16 Smart Building UNIKOM, pada Jum’at, 28 Juni 2024.

Rangkaian kegiatan dibuka oleh Apriani Puti Purfini, S.Kom., M.T., selaku pembawa acara, dan dilanjutkan pemaparan materi oleh Ustadz Yusuf Burhanudin, Lc., MPd.I., selaku nara sumber. Mengawali paparannya, Ustazd Yusuf menyampaikan, sikap ridho pada takdir Allah, tentu tidak semudah yang dibayangkan, dituliskan, atau diteorikan. Tetapi manusia yang beriman harus senantiasa menggali, mengkaji, menerapkan, atau mentarbiyah dirinya agar selalu mampu untuk rido terhadap takdir Allah. Karena sikap menerima takdir merupakan keimanan yang paling puncak bagi seorang mukmin. Jika seseorang mengaku sebagai mukmin tapi tidak rido terhadap takdir Allah, berarti ia telah kehilangan unsur keimanannya. Karena hidupnya senantiasa diatur oleh ekspektasi, logika, atau keinginan yang selalu ingin terwujud sesuai apa yang dia harapkan. Pada saat itulah keimanan untuk menerima takdir Allah terjadi, karena tidak semua yang terjadi selalu sesuai dengan keinginan kita.

Ustadz Yusuf menjelaskan, qadha adalah ketetapan Allah SWT sedangkan qadar adalah perwujudan ketetapan Allah SWT tersebut, yang sering disebut takdir. Qadha dan qadar yang ada dalam rumus keimanan umat Islam merupakan satu kata yang memiliki makna yang sama, yaitu semu takdir manusia sudah ditentukan oleh Allah sejak dahulu kala, bahkan sebelum bumi dijadikan. Selanjutnya ia menjelaskan arti ridho dan ikhlas, agar umat tidak mencampur-adukkan pengertian antara ridho dan ikhlas. “Ridho” artinya menerima sesuatu yang berasal dari luar, atau dari Allah. Ketika Allah memberikan sesuatu kepada kita dan kita menerimanya, mensyukurinya, maka itulah yang disebut ridho. Sedangkan “ikhlas” itu berasal dari dalam diri kita untuk ke luar. Artinya, dari dalam hati untuk kemudian kita berbuat amal sholeh yang ditujukan untuk Allah SWT. Ikhlas adalah sesuatu yang terpendam dalam hati kita untuk kemudian menjadi sikap kita ke luar, yaitu ikhlas mengikuti perintah-perintah Allah SWT, maupun ikhlas menjauhi larangan-larangan-Nya. Banyak orang yang tidak ridho menerima apa yang telah ditakdirkan Allah. Misal pada saat mengalami kegagalan, kecewa, miskin, atau doanya tidak dikabulkan Allah.

Lebih jauh ia menjelaskan, banyak orang yang tidak menerima takdir yang diberikan Allah SWT. Oleh karena itu, takdir menjadi puncak keimanan seseorang, yaitu keimanan terhadap qadha dan qadar. Baik itu takdir baik ataupun buruk. “Konsep aqidah tentang qada dan qadar di dalam Islam begitu dahsyat dan luar biasa, sehingga kita diberikan bekal bagaimana kita menyikapi sesuatu yang tidak kita sukai. Bagaimana kita bisa menyikapi takdir ini dengan baik, dan menjadi semakin teguh dalam iman. Bagaimana caranya kita menyikapi takdir yang tidak diinginkan bisa membawa hikmah yang lebih besar dari Allah SWT dalam kehidupan kita”, demikian ungkapnya. Dalam hal ini, manusia harus senantiasa melihat bahwa Allah berhak memberikan qudrat dan iradat kepada hamba-Nya. Jangan lupa bahwa hal apapun terjadi dalam rangka menguji manusia dalam kehidupan. Siapa diantaranya yang paling dekat dengan Allah, atau bahkan mungkin melalui ujian tersebut membuat manusia semakin jauh dari Allah.

Bagaimana manusia menyikapi takdir, menjadi pengetahuan aqidah sebagai mukmin. Manusia mengimani bahwa takdir Allah adalah ketetapan Allah yang tidak bisa dihindari, karena Allah maha berkuasa menentukan takdir hamba-Nya. Tidaklah terjadi suatu musibah kecuali izin Allah. Maka manusia harus membentengi diri dengan iman, agar bisa membaca berbagai peristiwa dalam kehidupan dengan positif. Tidak suudzon lalu protes kepada Allah. Yakinlah bahwa sesungguhnya kebahagiaan itu bukan hanya ada di dunia, tetapi juga kelak di akhirat. Allah akan memberikan kebahagiaan dan kenikmatan yang berlimpah ruah, abadi dan kekal. Dunia adalah tempatnya ujian. Bagaimana manusia menanam amal sholeh dan akan dia tuai di akhirat kelak.

Setelah berhasil melalui ujian dari Allah Bahkan dia bisa hidup lebih bahagia dr sebelumnya, krn melalui berbagai ujian tsb Allah telah mengangkat dirinya, dr keterpurukan jadi satu kehidupan yg bahagia. memberi kebahagiaan yg lebih dr sebelumnya. Dan yakinlah bahwa sesungguhnya kebahagiaan itu bukan hanya ada di dunia, ttapi juga kelak di akhirat. Allah akan memberikan kebahagiaan dan kenikmatan2 yg berlimpah ruah, abadi dan kekal. Dunia tempatnya ujian, bagaimana manusia menanm amal sholeh dan akan dia tuai di akhirat. Pada akhir paparannya Ustadz Yusuf berpesan, semua sama di hadapan Allah. “Sesungguhnya orang yang paling mulia adalah orang yang paling bertaqwa, dan bisa melewati atau melalui seluruh ujian dan godaan di dalam hidup di dunia. Takdir bisa berubah karena doa dan silaturahim, bukan karena Allah merubahnya. Tapi tentu saja ini adalah takdir dalam catatan malaikat-Nya”, demikian tuturnya. Bahwa sesungguhnya semuanya telah ditakdirkan Allah, hidup, mati, rejeki, jodoh, dan lain-lain. “Apakah kalian mengira bahwa manusia itu akan dibiarkan utk mengatakan dirinya beriman tapi dirinya tidak diuji ? Sungguh Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka. Allah maha mengetahui orang-orang yang jujur dan orang-orang yang dusta dengan keimanannya”.  Oleh karen itu kita tidak usah khawatir atau kecewa karena Allah sudah menentukan segalanya. Ia berharap, mudah-mudahan semua umat diberi kekuatan oleh Allah untuk senantiasa berdoa dan bersilaturahim, sehingga mendapatkan berkah rejeki duniawi maupun rejeki ahirat dari Allah, dan semoga materi yang disampaikan pada kajian tersebut bisa bermanfaat dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan umat kepada Allah SWT. (Direktorat Hms & Pro).