Berita

Hima Sais Unikom Bangun Rasa Toleransi Mahasiswa Melalui Webinar Nasional Pendidikan Sastra

BANDUNG, UNIKOM – Rasisme atau diskriminasi menjadi sebuah isu global yang tidak pernah berakhir dari masa ke masa, rasisme merupakan konsep yang cair dan tampil dalam bentuk yang berbeda-beda dari waktu ke waktu. Bentuk perbedaan perlakuan terhadap seseorang yang dianggap berbeda, dengan memberikan penilaian yang diukur berdasarkan karakteristik ras, sosial atau konsep mental mengenai diri. Anggapan bahwa gender, agama, dan bahasa yang dimilliki seseorang menjadi penentu nilai pada orang merupakan salah satu contoh praktek rasisme.

Belakangan ini kasus kematian George Floyd sebagai orang Amerika berkulit hitam menjadi topik yang ramai dibicarakan di berbagai ruang publik. Kejadian ini merupakan praktek rasisme yang ternyata belum berakhir dari masa ke masa. Rasisme tidak hanya terjadi di Amerika Serikat, bangsa kita sendiri pun seringkali mengalami hal tersebut contohnya yang terjadi di Papua dan masyarakat Papua yang tengah berada di Surabaya kurang lebih pada tahun 2019 lalu.

Bertolak dari permasalahan tersebut, maka Himpunan Mahasiswa (Hima) Sastra Inggris Unikom menggelar Webinar Pendidikan Sastra yang bertajuk “Racism surrounding George Floyd and how it affects Indonesian” pada Sabtu (27/06/2020). Digelar secara online melalui aplikasi Google Meet, kegiatan tersebut diikuti oleh sebanyak 70 peserta yakni mahasiswa program studi sastra inggris Unikom.

Dipandu oleh moderator Nabila Azzahra, memasuki agenda inti pemateri Nenden Rikma Dewi, S.S., M.Hum., selaku Dosen Program Studi Sastra Inggris Unikom, menyampaikan materi yang terfokus pada kejadian George Floyd dan pengaruh kejadian itu pada masyarakat di dunia khususnya Indonesia. Selanjutnya, materi dilanjutkan dengan pembahasan tentang permasalahan yang sudah mengakar dari dulu hingga sekarang, yaitu “Rasisme” serta dilengkapi dengan sesi diskusi antara peserta dan pemateri.

Dr. Retno Purwani Sari, S.S., M.Hum., selaku Ketua Program Studi Sastra Inggris Unikom mengatakan bahwa isu rasisme tidak berbatas hanya pada warna kulit. Superioritas kuasa kerap mengiringi superioritas ras; membuat diri memiliki privilise dari kelompok minoritas; dan dunia pendidikan pun ditengarai tidak lepas dari isu global ini. Webinar tersebut menjadi gerakan sosial konstruktif mahasiswa guna menyadarkan sivitas akademika agar berpikir kritis dan mengambil tindakan preventif. Hal ini memberikan pengaruh positif terhadap dinamika pembelajaran di Program Studi Sastra Inggris khususnya dan masyarakat akademika pada umumnya.

Sementara itu, Ina Siti Aisah selaku Ketua Pelaksana menjelaskan tujuan digelarnya kegiatan tersebut diantaranya: 1) Menganalisa kejadian setelah George Floyd dan pengaruhnya pada orang orang Indonesia; 2) Membuka pikiran mengenai rasisme di Indonesia; 3) Memperkuat nilai-nilai karakter pada pemuda khususnya bagi kalangan akademisi; 4) Membangun rasa toleransi antar manusia satu sama lain; dan 5) Menjaga kedamaian antar manusia walaupun berbeda ras, agama, suku, dan bangsa.

Lebih lanjut, Ina mengungkapkan “Harapan kami ialah agar masyarakat Indonesia khususnya bagi mahasiswa program studi sastra inggris unikom mampu memahami apa itu rasisme, bagaimana asal mula dan perkembangannya, serta mapu peka terhadap kejadian-kejadian mengenai rasisme yang ada bernagai dibelahan dunia khususnya di negara indonesia yang memiliki banyakmacam, ras, suku, dan bahasa dan budaya lainnya. (Direktorat Hms & Pro)